📘 قراءة كتاب Sahabat Nabi dalam Pandangan Syiah dan Ahlussunnah أونلاين
Istilah Syi'ah berasal dari bahasa Arab (شيعة" (Syīʻah". Lafadz ini merupakan
bentuk tunggal, sedangkan bentuk pluralnya adalah "Syiya'an". Pengikut
Syi'ah disebut "Syī`ī" (شيعي .(Kata "Syi'ah" menurut etimologi bahasa Arab
bermakna: Pembela dan pengikut seseorang. Selain itu juga bermakna:
Kaum yang berkumpul atas suatu perkara. Muhammad bin Ahmad al-
Azhari (w. 370 H), Tahdzīb al-Lughah,Tahqiq Muhammad 'Iwadh Mura'ib,
(Beirut: Dār Ihya at-Turats al-'Arabi, 2001 M), jilid. 3, hal. 41. Muhammad
bin Muhammad al-Zabidi (w. 1205 H), Tājul al-'Arūs min Jawāhir al-
Qāmūs, (Dar al-Hidāyah, tt), jilid. 21, hal. ut
terminologi Islam, kata ini bermakna: para pendukung Ali secara khusus.
Mereka yang menyatakan bahwa Ali bin Abu Thalib adalah yang paling
utama di antara para sahabat dan yang berhak untuk memegang tampuk
kepemimpinan atas kaum Muslim, demikian pula anak cucunya. Dalam
pandangan mereka, para imam ini telah ditetapkan melalui nash dan
wasiat dari Allah dan Rasul-Nya. Baik secara tersurat maupun tersirat.
Selain itu, mereka meyakini bahwa perkara kepemimpinan tersebut
adalah perkaran ushul (pokok) agama bukan furu’ (cabang). Syiah terdiri
dari berbagai sekte. Induk dari sekte-sekte Syiah yaitu, Kisaniyah,
Zaidiyah, Imamiyah, Ghulat dan Ismailiyah. Lihat: Abu al-Fath Muhammad
bin Abdul Karim al-Sahristani (W. 548 H), al-Milal wa an-Nihal, (Beirut:
Dār al-Fikr, tt), jilid. 1, hal. 146.
Dalam perspektif Syiah, sahabat bisa saja dicela dan dicerca, seperti
didalam buku utama mereka Uṣūl al-Kāfì karangan al-Kulaini.
Adapun menurut Ahlussunnah, sahabat tidak boleh dicela. Hal ini
berdasarkan hadits Nabi : "Janganlah kamu mencela sahabat-
sahabatku, andaikan kalian bersedekah dengan emas sebesar
gunung Uhud, maka hal demikian tidak dapat mengimbangi sedekah
yang dikeluarkan para sahabat satu mud (satu genggam)saja atau
3
Ahlussunnah ialah orang yang berpegang teguh dengan Al-Quran dan
Sunnah Nabawiyah baik perbuatan dan perkataan. (Ahmad Haris Suhaimi,
TausyīqusSunnah baina Imām Isyna 'Asyariyah wa Ahlus Sunnah, (Mesir:
4
Yang dimaksud sahabat ialah :" Orang yang pernah melihat atau berjumpa
dengan Nabi SAW. dalam keadaan beriman dan wafat dalam keadaan
Islam, meskipun pernah murtad" lihat : Al-Baa'itsul Hatsits Syarah Ikhtisar
'Ulūmil-Hadits Lil-Hafīzh Ibnu Katsīr oleh Syaikh Ahmad Muhammad
Syakīr, cet. Dārut turāts, 1399H/1979M, hal. 151. ; Asy-Syahīd ats-Tsāni,
ar-Ri’āyah fii ‘ilmi ad-Dirāyah, tahqīq Abdul Husai Muhammad ‘Ali Baqal,
(Iran: Matba’ah Bihmin, 1408), hal. 339, nama lengkapnya Zainuddin Ibnu
‘Ali ibnu Ahmad al-Jab’i al-‘Amili, hidup pada tahun 911-965 H., Walaupun
ada dari kalangna ulama menolak untuk memasukkan orang yang pernah
murtad kemudian kembali ke Islam dalam katagori sahabat, seperti Al-
Hafidz al-Iraqi, sebagaimana perkataan Abu Hanifah dan Imam Syafi'I
bahwa kemurtadan telah menggugurkan seluruh amal. Lihat: Jalaluddin
as-Suyūthi, Tadrībur Rāwi, jld.3 hal. 208-209., Demikian juga orang
munafik tidak termasuk sahabat Nabi SAW, meskipun mereka bergaul
dengan Rasulullah SAW. Karena Allah dan Rasul-Nya mencela orang-
orang munafik. Lihat: firman Allah (At-Taubah:73), (At-Tahriim:9), (At-
Taubah:84), (At-Taubah:80), (Al-Munafiquun:6), (Muhammad:19), (Asy-
Syu'araa' :215), dan (Al-Fath:29).; Ibnu Hajar, Al-Ishabah fil Tanyizis-
Shahabah, (Daarul-fikr 1398H), jld.1, hal. 7-8.
separuhnya".(5)
Namun demikian, bukan berarti sahabat merupakan
sosok yang steril dari kesalahan dan dosa atau maʻsūm. Namun, hal
tersebut juga tidak menjatuhkan reputasinya sebagai orang-orang
yang baik, adil dan jujur, terutama dalam meriwayatkan segala
sesuatu yang disampaikan Rasulullah . Oleh karena itu, para
sahabat tidak mungkin berdusta atas nama Rasulullah atau
menyandarkan sesuatu yang tidak sah dari beliau. (6)
Hal ini
berangkat dari hadits bahwa sebaik-baik generasi adalah generasi
ketika Rasul masih hidup kemudian generasi setelahnya kemudian
setelah-setelahnya.(7)
Oleh karenanya, dalam pandangan
mainstream Sunni, seluruh sahabat bersifat 'ādil,(8)
berdasarkan
pujian yang diberikan oleh Allah Subhānahu wa Ta’āla kepada
mereka di dalam al-Qur’an (Q.S. al-Fath:29).
Kedua, “Man Lā Yahdhuruhul Faqīh”, dikarang oleh Muhammad
bin Babawaih Al-Qum, terdapat didalamnya 3913 hadits musnad
dan 1050 hadits mursal.
Ketiga, “at-Tahdzīb”. Kitab fiqih ini dikarang oleh Muhammad At-
Tūsi yang dijuluki Lautan Ilmu.
Keempat, “al-Istibshār”, oleh pengarang yang sama, mencakup
5001 hadits,(10)
dan ada banyak buku rujukan lainnya yang belum
dicantumkan selain buku-buku di atas. Dengan demikian, perlu
ada kritikan terhadap mereka sehingga umat Islam tahu
perbandingan dan perbedaan serta dapat mengambil inti sari
bahkan bisa mengkritik konsep ini dengan dalil dan data yang
telah ada.
Demikianlah buku-buku Syiah yang mengandung
berbagai macam hadits-hadits yang tidak sesuai dengan hadits
yang shahih menurut Sunni. Buku Syiah menyangkut akidah dan
syari'at yang mereka pegang erat-erat, sehingga mereka buta
dengan kebenaran yang nyata. Terdapat banyak buku lainnya
selain buku yang telah dicantumkan di atas, namun buku-buku
diatas adalah merupakan buku pokok mereka yang terkenal dan
popular di masyarakat jaman sekarang.
a) Konsep 'Adalah Sahabat menurut Syiah
Menurut kelompok syi'ah, sahabat adalah manusia biasa.
Ungkapan tersebut disampaikan oleh Al-Musawi dalam kitabnya
10 Muhammad Shadiq Ash-Shadr, Asy-Syi’ah Al-Imamiyah, (Cairo:
Mathba’atun Najah, th. 1402 H/1982 M), hal 130-134.
Syī’ah fi tārīkh.
(11)
At-Tastary Asy-Syī’i juga membenarkannya dan
menyatakannya bahwa Sahabat radhiyallahu'anhum, sama dengan
manusia yang lain, tidak ada perbedaan sama sekali. Pandangan yang
menyatakan Sahabat adalah manusia biasa juga mempengaruhi
seorang tokoh Syi’ah Indonesia yaitu Jalaluddin Rakhmat yang
mengatakan bahwa Sahabat tidak 'ādil dan tidak jujur.(12) Masih
banyak lagi ungkapan-ungakapan ulama' syiah lainnya, yang sesuai
dengan penyataan Muhammad Jawād Al-Mughni’ah bahwa Sahabat
ada yang baik dan ada yang buruk, ada yang adil dan ada yang fasiq,(13)
bahkan kebanyakan mereka adalah tidak 'ādil. Nasruddin At- Tusi
mengutarakan bahwa yang memerangi Saidina Ali adalah kafir dan
yang menentangnya adalah fasik.(14) Cara pandang inilah yang
menjadi salah satu penyebab kaum Syi’ah mengingkari konsep 'adālah
(keadilan) para Sahabat Radhiyallahu’anhum.
Sahabat Nabi dalam Pandangan Syiah dan Ahlussunnah : makalah ini mencoba memaparkan lebih jauh tentang sahabat Nabi dalam perspektif Syiah dan Ahlussunnah, agar bisa menjawab perbedaan sudut pandang antara kedua kelompok tersebut. Sehingga kedudukan tersebut bisa kita jaga dan terjaga pula ajaran Islam yang telah sempurna insya Allah ..
سنة النشر : 2014م / 1435هـ .
حجم الكتاب عند التحميل : 1 ميجا بايت .
نوع الكتاب : pdf.
عداد القراءة:
اذا اعجبك الكتاب فضلاً اضغط على أعجبني و يمكنك تحميله من هنا:
شكرًا لمساهمتكم
شكراً لمساهمتكم معنا في الإرتقاء بمستوى المكتبة ، يمكنكم االتبليغ عن اخطاء او سوء اختيار للكتب وتصنيفها ومحتواها ، أو كتاب يُمنع نشره ، او محمي بحقوق طبع ونشر ، فضلاً قم بالتبليغ عن الكتاب المُخالف:
قبل تحميل الكتاب ..
يجب ان يتوفر لديكم برنامج تشغيل وقراءة ملفات pdf
يمكن تحميلة من هنا 'http://get.adobe.com/reader/'